Siapa yang tahu binatang ini??? Yup
kukang memang terdengar sangat asing bagi kita dan bahkan sangat tidak familiar
di telinga kita, di kebun binatang pun jarang ada yang mempublikasikan dan melestarikan
hewan satu ini padahal hewan ini sudah terancam punah karena habitatnya yang
rusak dan perburuan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Kukang merupakan primata imut yang dijuluki
malu-malu. Sifat satwa yang ukuran tubuhnya antara 20-30 centimeter ini memang
pemalu dan akan membuat ‘gemas’ bagi yang memandangnya.
Hal lain yang membuat kita penasaran
terhadap kukang adalah gerakannya yang lamban. Ini bisa dilihat dari cara
jalannya yang santai kala melingkar di cabang pohon serta saat ia mengunyah
makanan yang begitu pelan mungkin lebih mirip Koala kalau di Australia.
Meski pemalu dan terkesan santai,
namun tidak sembarang waktu kita dapat melihat kukang. Pasalnya, kukang
merupakan satwa nokturnal alias aktif di malam hari. Sehingga, ia akan tidur
pulas saat fajar menyingsing dan bangun kala petang menjelang. Saat malam lah,
kukang beraksi mencari makan atau bermain.
Namun, perlu kehati-hatian bila
melihat kukang di malam hari. Kukang akan sangat terganggu dengan pantulan
sinar yang menyala terang. Pencahayaan yang aman bagi mata kukang adalah
sekitar lima watt atau setara dengan sinaran lampu tidur.
7 Fakta Hewan Kukang-Penasaran
dengan sifat kukang? Berikut tersaji tujuh mengenai kukang hasil rangkuman
berbagai sumber.
1. Terdapat tiga spesies kukang di
Indonesia
Di Indonesia, berdasarkan ekologi
dan persebarannya, terdapat tiga spesies kukang yaitu kukang jawa (Nycticebus
javanicus), kukang sumatera (Nycticebus coucang), dan kukang
kalimantan (Nycticebus menagensis).
Ada dua cara yang dapat dilakukan
untuk membedakan ketiga jenis tersebut. Pertama, dari berat badan.
Kukang jawa beratnya sekitar 900 gram, sementara kukang sumatera sekitar 700
gram, dan kukang kalimantan kira-kira 600 gram.
Kedua, berdasarkan cirinya. Kukang jawa memiliki punuk terang yang
lebih indah bila dibandingkan dengan kukang sumatera dan kalimantan yang
berwarna coklat keabu-abuan.
Berdasarkan data IUCN (International
Union for Conservation of Nature), kukang jawa masuk dalam status Kritis (Critically
Endangered/CR) atau satu langkah menuju kepunahan di alam. Sementara
kukang sumatera dan kukang kalimantan statusnya adalah Rentan (Vulnerable/VU)
atau tiga langkah menuju kepunahan di alam.
2. Kukang itu pintar
Kukang merupakan satwa pintar. Ini
terlihat dari caranya memakan buah-buahan yang hanya ia makan daging buahnya
saja. Sementara kulit dan biji buahnya dibuang. Pun, buah-buahan yang disukai
kukang adalah buah yang benar-benar matang dan tentunya manis di lidah. Jadi, jangan
harap kukang akan makan buah yang masam dan mentah.
3. Tubuhnya lentur
Kukang memiliki tubuh yang lentur.
Ia bisa meliuk di cabang pohon, bahkan bergelantungan terbalik. Saat tidur,
kukang menggulung tubuhnya bagaikan bola dengan kepala ditekuk dan disembunyikan
pada bagian lutut. Posisi menggulung ini merupakan bentuk pertanahan diri dari
musuh yang mengintainya kala tidur. Sehingga, kukang akan tidur di cabang pohon
yang tinggi dan benar-benar aman.
4. Kukang bukan Kuskus
Kukang sering dipersepsikan sama
dengan kuskkus, padahal keduanya berbeda. Kukang memiliki bentuk wajah membulat
sementara kuskus memiliki ujung hidung meruncing kedepan. Kuskus merupakan
hewan berkantung sementara kukang bukan. Selain itu, tangan dan jari kukang
lebih panjang ketimbang kuskus. Ini dikarenakan, kukang merupakan satwa yang
menghabiskan hidupnya di atas pohon (arboreal). Sementara, kuskus memiliki ekor
yang panjang dan kuat yang berfungsi sebagai alat untuk bergelantungan ketika
pindah dari satu dahan pohon ke dahan yang lain.
Kukang jawa yang baru berusia
beberapa bulan. Foto: The Little Fireface Project
5. Taring kukang berbisa
Kukang merupakan primata yang
menghasilkan bisa yang dipergunakan sebagai pertahanan diri dari serangan
predator atau ketika terancam bahaya. Gigitan kukang sebenarnya tidak berbahaya
karena bisa tersebut bukan berasal dari gigi taringnya. Bisa pada kukang
dihasilkan dari kelenjar yang berada pada siku lengan bagian dalam yang
selanjutnya dimasukkan ke mulut dan bercampur dengan air liur sebelum kukang
melakukan gigitan.
Gigitan kukang dapat menyebabkan
alergi serius yang gejalanya dapat terlihat seperti kulit merah, gatal, kejang
otot, demam, hingga pingsan.
6. Diburu karena mitos
Perburuan kukang terus terjadi. Ini
dikarenakan ada mitos di masyarakat yang menjadikan kukang sebagai tumbal untuk
pembangunan jalan atau jembatan. Alasannya, agar jalan atau jembatan tersebut
awet dan tidak mudah rusak.
Padahal, kukang merupakan satwa yang
dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Kukang dilarang untuk dieksploitasi,
seperti diburu, dipelihara, diperjualbelikan maupun dimanfaatkan bagian
tubuhnya. Ancaman hukuman memelihara kukang adalah penjara maksimal lima tahun
dan denda sebesar Rp 100 juta.
Kukang seharusnya memang disayang.
Karena, di alam, kukang menghisap madu bunga, memakan serangga, buah-buahan,
dan merupakan bagian dari ekosistem yang tentunya menjaga keseimbangan alam.
Memburu kukang sama saja dengan mengganggu keseimbangan ekosistem alam yang
telah tertata baik dan rapi.
7. Bukan satwa peliharaan
Penelitian yang dilakukan oleh
Nafisatul Ulfa dan Mirzan Adi Wibowo dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor di Yayasan International Animal RescueIndonesia (YIARI)
menunjukkan adanya potensi zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari
hewan kepada manusia atau sebaliknya yang ditemukan pada kukang. Salah satu
penyakit yang dapat menular kemanusia adalah penaykit cacingan.
Jumlah cacing yang cukup tinggi ini
ditemukan dari hasil pemeriksaan feses (kotoran) kukang. Cacing yang ditemukan
merupakan genus nematoda (cacing gilik) dan cestoda (cacing pipih). Penularan
penyakit cacing dari satwa ke manusia ini dapat terjadi melalui telur yang
tertelan maupun yang terhirup manusia. Atau, melalui kontak langsung ataupun
juga melalui telur yang berada di tanah, buah, air, hingga pakaian.
Nah, telur cacing ini sendiri dapat
hidup dua bulan hingga dua tahun dalam lingkungan yang kondusif kelembabannya,
iklimnya, hingga suhunya.
Sungguh sangat disayangkan kalau hewan se imut dan secantik itu punah dari bumi Indonesia akibat kelakuan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang tega memburunya dan di per jual-belikan di pasar gelap.
Mari kita lestarikan flora dan fauna di negeri kita supaya anak cucu kita dapat melihat ke indahan alam kita, jangan mau membeli satwa yang dilindungi dengan alasan apapun. Membiarkan kukang hidup liar merupakan cara bijak kita melestarikan kukang di alam.
Mari kita lestarikan flora dan fauna di negeri kita supaya anak cucu kita dapat melihat ke indahan alam kita, jangan mau membeli satwa yang dilindungi dengan alasan apapun. Membiarkan kukang hidup liar merupakan cara bijak kita melestarikan kukang di alam.
SPN