Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri petani yang sudah paruh baya. Mereka tinggal di sebuah desa di pinggir hutan. Mereka sangat rajin dalam bertani namun sayang belum dikaruniai seorang anak sehingga merasa kesepian dan tidak ada penerus ahli warisnya.
Setiap malam mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang momongan. Pada suatu malam ketika sedang kusyu berdoa terdengarlah suara menggelegar tanpa wujud dari langit.
“Hai Pak Tani aku mendengarkan kesusahanmu cari dan makanlah buah mentimun emas sebagai obat agar istrimu bisa hamil dan mempunyai anak” mendengar suara tersebut sepasang petani inipun menjadi gembira dan akan berusaha menuruti perintah dari langit tersebut.
Hari demi hari sepasang suami istri petani itupun rajin makan mentimun emas “Pak, kayaknya saya mau hamil udah beberapa hari ini rasanya mual” kata Ibu Tani kepada suaminya “Apa benar mak’e coba tunggu satu bulan nanti kita periksakan ke dukun bayi seberang desa”.
Selang satu bulan Pak Tani dan Bu Tani itupun menuju dukun bayi kampung diseberang desa “ Wah pak, istrinya hamil, selamat ya” betapa gembiranya keluarga itu mendengar kabar tesebut, doanya terkabul dan akan segera mendapatkan momongan.
Bulan demi bulan sepasang keluarga petani itu pun di lingkupi kebahagiaan, persiapan melahirkan untuk sijabang bayi pun sudah dilengkapi. Sampai tibalah waktunya istri petani itu melahirkan “Owe…owe…owe “ istri petani itu pun melahirkan dibantu dukun bayi kampung betapa bahagianya keluarga petani itu dikarunia seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik.
Tapi nun jauh didalam lebatnya hutan belantara tinggalah raksasa yang sangat jahat dan bengis bernama “Buto Ijo” yang selalu memakan daging manusia tiap tahunnya sebagai santapannya untuk ritual sesembahannya agar hidupnya tetap abadi.
“Wah ada bau darah bayi yang baru lahir, cocok sekali kalo aku jadikan santapan” kata buto ijo, maka keluarlah buto ijo itu dari lebatnya hutan untuk mendatangi sumber bau darah bayi tersebut.
“Hai Pak Tani, serahkan bayimu untuk aku makan” kata buto ijo dari luar rumah, Pak Tani pun langsung keluar rumah dilihatnya sosok Buto Ijo sudah berdiri di luar rumah “ ampun buto ijo, bayi ini adalah anaku satu-satunya, ijinkan aku menimangnya sampai dewasa baru lah nanti aku serahkan kepadamu” kata Pak Tani sambil gemeteran, “ Ehmmm, baiklah aku tunggu sampai usia 17 tahun nanti aku datang lagi” kata Buto Ijo sambil pergi kembali ke dalam hutan belantara.
Tahun demi tahun berlalu Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik, pintar, dan taat pada agama. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang Raksasa Buto Ijo datang kembali. Buto ijo itu akan menangih janji untuk mengambil Timun Mas, tiap malam keluarga petani itu berdoa terus agar keluar dari cobaan yang berat tersebut.
Kancil Dan Siput Balap Lari
“ Wahai Pak Tani aku mendengar doamu yang sedang di timpa kemalangan ambilah duri dari bambu ori (jenis bambu yang berduri), terasi, dan garam lalu bungkuslah dengan kain dan berikan kapada Timun Mas sebagai senjata” terdengar suara dari langit memberi perintah kepada Pak Tani, Pak Tani pun segera memenuhi perintah dari langit tersebut.
Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Buto Ijo. Jika Buto Ijo itu datang larilah secepat mungkin, dan lemparlahlah salah atu benda dikantong kain itu” lanjut kata Pak Tani.
Pak Tani pun melihat ke arah hutan dilihatnya pohon bergoyang-goyang karena langkah Buto Ijo “ larilah anakku lari… si Buto Ijo telah datang lari nak” kata Pak Tani, Timun Mas pun langsung lari suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa Buto Ijo.
Melihat timun mas lari si Buto Ijo pun langsung lari mengejarnya. Buto Ijo semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Buto Ijo. Tiba-tiba sebuah danau yang luas pun terhampar. Buto Ijopun tercebur dan terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Buto Ijo pun hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam duri bambu ori, duri itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika bambu ori dengan duri yang tajam memerangkap Buto Ijo. Buto Ijo berteriak kesakitan karena tertancap duri bambu. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Buto Ijo sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Buto Ijo lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban sebuah rawa lumpur hisap (lemah mbel-jawa red) yang luas terhampar.
Buto Ijo terjerembab ke dalamnya dia pun sekuat tenaga keluar dari lumpur, tangannya hampir menggapai Timun Mas, namun karena si Buto Ijo telah kelelahan maka sudah kehabisan tenaga untuk keluar dari hisapan lumpur tersebut Buto Ijopun panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam kedasar lumpur.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Demikianlah seklumit dongeng sebelum tidur turun temurun yang diceritakan dari generasi ke generasi orang tua kita sabagai pengantar tidur anaknya sekaligus sebagi pesan moral dari orang tua kepada anaknya.
SPN
No comments:
Post a Comment