Menu

Wednesday, January 23, 2019

Sejarah Keris Indonesia



Indonesia adalah negara dengan sejuta budaya. Banyak sekali peninggalan dari zaman nenek moyang kita yang masih tersisa hingga kini. Nah, peninggalan tersebut tak hanya berfungsi sebagai artefak saja, beberapa juga menjadi barang keramat dan dianggap sakral, salah satunya adalah keris.

Sudah banyak ahli kebudayaan yang membahas tentang sejarah keberadaan dan perkembangan tosan aji diantaranya . G.B. GARDNER pada tahun 1936 pernah berteori bahwa keris adalah perkembangan bentuk dari senjata tikam pada zaman prasejarah, yaitu tulang ekor atau sengat ikan pari yang dihilangkan pangkalnya, kemudian dibalut dengan kain pada tangkainya. Dengan begitu senjata itu dapat digenggam dan dibawa-bawa. Maka jadilah sebuah senjata tikam yang berbahaya, menurut ukuran kala itu.

Sejarah Keris Indonesia-Sementara itu GRIFFITH WILKENS pada tahun 1937 berpendapat bahwa budaya itu baru timbul pada abad ke-14 dan ke-15.Katanya, bentuk keris merupakan pertumbuhan dari bentuk tombak yang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan antara Asia dan Australia. Dari mata lembing itulah kelak timbul jenis senjata pendek atau senjata tikam, yang kemudian dikenal dengan nama keris. Alasan lainnya, lembing atau tombak yang tangkainya panjang tidak mudah dibawa ke mana-mana, sukar dibawa menyusup masuk hutan. Karena pada waktu itu tidak mudah orang mendapatkan bahan besi, mata tombak dilepas dan tangkainya sehingga menjadi senjata genggam.

Lain lagi pendapat A.J. BARNET KEMPERS. Pada tahun 1954 ahli purbakala itu menduga bentuk prototipe keris merupakan perkembangan bentuk dari senjata penusuk pada zaman perunggu. keris yang hulunya berbentuk patung kecil yang menggambarkan manusia dan menyatu dengan bilahnya.

Oleh Barnet Kempers tidak dianggap sebagai barang yang luar biasa. Katanya, senjata tikam dari kebudayaan perunggu Dongson juga berbentuk mirip itu. Hulunya merupakan patung kecil yang menggambarkan manusia sedang berdiri sambil berkacak pinggang (malangkerik, bahasa Jawa). Sedangkan senjata tikam kuno yang pernah ditemukan di Kalimantan, pada bagian hulunya juga distilir dari bentuk orang berkacak pinggang.
Perkembangan bentuk dasar senjata tikam itu dapat dibandingkan dengan perkembangan bentuk senjata di Eropa Di benua itu, dulu, pedang juga distilir dari bentuk manusia dengan kedua tangan terentang lurus ke samping. Bentuk hulu pedang itu, setelah menyebarnya agama Kristen, dikembangkan menjadi bentuk yang serupa salib.

Keris adalah senjata tradisional khas Indonesia yang dalam perkembangannya budaya keris mengikuti perjalanan sejarah dan kini budaya ini telah tersebar hingga ke negara-negara lain. Selain Indonesia, negara yang kini memiliki budaya ini adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Di Pulau Jawa, keris digolongkan sebagai salah satu cabang budaya tosan aji.

Selain itu, karena budaya tosan aji memang bermula dan Pulau Jawa, banyak istilah perkerisan dari daerah ini yang juga digunakan di daerah-daerah lainnya. Di Pulau Jawa, juga disebut curiga, duwung, atau wangkingan. Di Pulau Bali, senjata itu disebut kadutan atau kedutan. Di daerah lain, sebutan lain di antaranya adalah tappi, selle, gayang, kres, kris atau karieh.

Budaya ini sudah dikenal oleh orang Barat setidaknya sejak abad ke-17. Catatan tertua mengenai ada-nya keris di Inggris menyebutkan bahwa pada tahun 1637, sudah dimiliki oleh seorang kolektor.

Sedangkan Museum Denmark mengkoleksi keris sejak tahun 1647. Istilah keris, selain nama padanannya yang lain, digunakan oleh semua suku bangsa di Indonesia. Istilah ini bahkan juga dipakai oleh orang Brunei dan Malaysia, tetapi sebagian orang Barat ada yang masih ragu untuk memilih penggunaan kata dan ejaan keris atau kris atau kriss. Edward Frey penulis buku The Kris, Mystic Weapon of the Malay World dalam kata pengantar bukunya mengemukakan bahwa is tidak menemukan alasan untuk mengganti penulisan ejaan “kris”, yang sudah digunakan lebih 150 tahun oleh para peneliti (Barat). Disebutkan pula beberapa contoh penulis Barat yang menggunakan istilah keris, di antaranya Raffles yang memakai istilah kris sejak tahun 1817; Wallace sejak 1869; McNair sejak 1882, Groneman sejak 1910, dan sederet penulis dan peneliti Barat lainnya Penulis Barat yang menggunakan istilah kriss, juga ada, di antaranya adalah Forbes (1885); Huyser (1918); dan Buttin (1933). Sedangkan yang masih menggunakan istilah “keris”, di antaranya adalah Wolley, Hill, Gardner, dan juga Garret & Bronwen Solyom.

 Asal usul keris

tosan aji dan senjata tradisional lainnya menjadi khasanah budaya Indonesia, tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang, para ahli baru dapat meraba-raba.

Gambar timbul (relief) paling kuno yang memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk tuhsannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi. Huruf yang digunakan, huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai ada-lah bahasa Sanskerta. Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih. Di atas tulisan prasasti itu ada beberapa gambar, di antaranya: trisula, kapak, sabit kudi, dan belati atau pisau yang bentuknya amat mirip dengan buatan Nyi Sombro, seorang empu wanita dari zaman Pajajaran. Ada pula terlukis kendi, kalasangka, dan bunga teratai. Kendi, dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambangkan keabadian,m sedangkan bunga teratai lambang harmoni dengan alam.

Dalam kaitannya dengan bentuk keris di Indonesia, hulu yang berbentuk manusia (yang distilir), ada yang berdiri, ada yang membungkuk, dan ada pula yang berjongkok. Bentuk ini serupa dengan patung megalitik yang ditemukan di Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam perkembangan kemudian, bentuk-bentuk itu makin distilir lagi dan kini menjadi bentuk hulu keris (Di Pulau Jawa disebut deder, jejeran, atau ukiran) dengan ragam hias cecek, patra gandul, patra ageng, umpak-umpak, dan sebagainya. Dalam sejarah budaya kita, patung atau arca orang berdiri dengan agak membungkuk oleh sebagian ahli di-artikan sebagai lambang orang coati. Sedangkan patung yang menggambarkan manusia dengan sikap sedang jongkok dengan kaki ditekuk, dianggap melambangkan kela-hiran, persalinan, kesuburan, atau kehidupan.

Sama dengan sikap bayi atau janin dalam kandungan ibunya. Ada sebagian ahli bangsa Barat yang tidak yakin bahwa keris sudah dibuat di Indonesia sebelum abad ke-14 atau ke-15. Mereka mendasarkan teorinya pada kenyataan bahwa tidak ada gambar yang jelas pada relief candi-can-di yang dibangun sebelum abad ke-10. SIR THOMAS STAM-FORD RAFFLES dalam bukunya History of Java (1817) mengatakan bahwa tidak kurang dari 30 jenis senjata yang dimiliki dan digunakan oleh prajurit Jawa waktu itu termasuk senjata api, tetapi dari aneka ragam senjata itu, keris menempati kedudukan yang istimewa. Disebutkan dalam bukunya itu bahwa prajurit Jawa pada umumnya menyandang tiga buah sekaligus.

tosan aji yang dikenakan di pinggang sebelah kiri berasal dari pem-berian mertua waktu pernikahan (dalam budaya Jawa disebut kancing gelung). Keris yang dikenakan di pinggang kanan berasal dari pemberian orangtuanya sendiri. Selain itu berbagai tata cara dan etika dalam dunia perkerisan juga termuat dalam buku Raffles itu. Sayangnya dalam buku yang terkenal itu, penguasa Inggris itu tidak menyebut-nyebut tentang sejarah dan asal usul budaya keris. Sementara itu istilah `keris’ sudah dijumpai pada be-berapa prasasti kuno. Lempengan perunggu bertulis yang ditemukan di Karangtengah, berangka tahun 748 Saka, atau 842 Masehi, menyebut-nyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Poh sebagai daerah bebas pajak. Sesaji itu antara lain berupa kres, wangkiul, tewek punukan, wesi penghatap. Sedangkan wangkiul adalah sejenis tombak; tewek punukan adalah senjata bermata dua, semacam dwi-sula.

Pada lukisan gambar timbul (relief) Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit yang membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa yang membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada arca raksasa penjaga, yang menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris. Sementara itu, edisi pertama dan kedua yang disusun oleh Prof. P.A. VAN DER Lint menyebutkan, sewaktu stupa induk Candi Borobudur, yang dibangun tahun 875 Masehi, itu dibongkar, ditemukan sebilah kris tua.

Keris itu menyatu antara bilah dan hulunya. Tetapi bentuk itu tidak serupa dengan bentuk keris yang tergambar pada relief candi. Keris temuan ini kini tersimpan di Museum Ethnografi, Leiden, Belanda. Keterangan me-ngenai keris temuan itu ditulis oleh Dr. H.H. JUYNBOHL dalam Katalog • Kerajaan (Belanda) jilid V, tahun 1909. Di katalog itu dikatakan bahwa keris itu tergolong `keris Maja-pahit`, hulunya berbentuk patung orang, bilahnya sangat tua. Salah satu sisi bilah telah rusak. Keris, yang diberi nomor seri 1834 itu adalahpemberian G.J. HEYLIGERS, sekretaris kantor Residen Kedu, pada bulan Oktober 1845. Yang menjadi residennya pada waktu itu adalah Hartman.

Ukuran panjang bilah keris temuan itu 28.3 cm, panjang hulunya 20,2 cm, dan lebarnya 4,8 cm. Bentuknya lurus, tidak memakai luk.
Mengenai keris ini, banyak yang menyangsikan apakah sejak awalnya memang telah diletakkan di tengah lubang stupa induk Candi Borobudur. Barnet Kempres sendiri menduga keris itu diletakkan oleh seseorang pada masa-masa kemudian, jauh hari setelah Candi borobudur selesai dibangun. Jadi bukan pada waktu pembangunannya. Ada pula yang menduga bahwa budaya ini sudah berkembang sejak menjelang tahun 1.000 Masehi. 

Pendapat ini didasarkan atas laporan seeorang musafir Cina pada tahun 922 Masehi. Jadi laporan itu dibuat kira-kira zaman Kahuripan berkembang di tepian Kali Brantas, Jawa Timur. Menurut laporan itu, ada seseorang Maharaja Jawa menghadialikan kepada Kaisar Tiongkok “a short swords with hilts of rhinoceros horn or gold (pedang pendek dengan hulu terbuat dari cula badak atau emas).

Bisa jadi pedang pendek yang dimaksud dalam laporan itu adalah prototipe seperti yang tergambar pada relief Candi Borobudur clan Prambanan. Sebilah keris yang ditandai dengan angka tahun pada bilahnya dimiliki oleh seorang Belanda bernama Knaud cli Batavia (pada zaman Belanda dulu). Pada bilah itu selain terdapat gambar timbul wayang, juga berangka tahun Saka 1264, atau 1324 Masehi. Jadi kira-kira sezaman dengan saat pembangunan Candi Penataran di dekat kota Blitar, Jawa Timur. Pada candi ini memang terdapat patung raksasa Kala yang menyandang kris pendek lurus. Gambar yang jelas mengenai keris dijumpai pada sebuah patung Siwa yang berasal dari zaman Kerajaan Singasari, pada abad ke-14.

Digambarkan Dewa Siwa sedang memegang keris panjang di tangan kanannya. Jelas ini bukan tiruan patung Dewa Siwa dad India, karena di India tak pernah ditemui patung Siwa memegang kris. Patung itu kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Pada zaman-zaman berikutnya, makin banyak candi yang dibangun di Jawa Timur, yang memiliki gambaran keris pada dinding reliefnya. Misalnya pada Candi Jago atau Candi Jajagu, yang dibangun pada tahun 1268 Masehi. Di candi itu terdapat relief yang menggambarkan Pandawa (tokoh wayang) sedang bermain dadu. Punakawan yang dilukis di belakangnya digambarkan sedang membawa keris. Begitu pula pada candi yang terdapat di Tegalwangi, Pare, dekat Kediri, dan Candi Panataran. Pada kedua candi itu tergambar relief tokoh-tokoh yang memegang keris.

Cerita mengenai keris yang lebih jelas dapat dibaca dari laporan seorang musafir Cina bernama Mn HUAN. Dalam laporannya Yingyai Sheng-lan di tahun 1416 Masehi, ia menuliskan pengalamannya sewaktu mengunjungi Kerajaan Majapahit. Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksamana Cheng ho atas perintah Kaisar Yen Tsung dari dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir semua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok.

Jelas yang dimaksud adalah keris. Kata Ma Huan dalam laoparan itu: These daggers have very thin stripes and within flowers and made of very best steel; the handle is of gold, rhinoceros, or ivory, cut into the shape of human or devil faces and finished carefully. Laporan ini membuktikan bahwa pada zaman itu telah dikenal teknik pembuatan senjata tikam dengan hiasan pamor dengan gambaran gads-garis amat tipis serta bunga-bunga keputihan. Senjata ini dibuat dengan baja berkualitas prima. Pegangannya, atau hulunya, terbuat dan emas, cula badak, atau gading. Tak pelak lagi, tentunya yang dimaksudkan Ma Huan dalam laporannya adalah keris yang kita kenal sekarang ini.
Gambar timbul mengenai cara pembuatan dapat disaksikan di Candi Sukuh, di lereng Gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada candra sengkala memet di candi itu terbaca angka tahun 1316 Saka atau 1439 Masehi. Cara pembuatan keris yang digambarkan di candi itu tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan keris pada zaman sekarang, baik peralatan kerja, palu dan ububan, maupun hasil karyanya berupa keris, tombak, kudi, dan lain sebagainya.
Dalam Masyarkat Indonesia sendiri keris sering disebut pusaka dan benda sacral hal ini karena beberapa alasan yang membuat orang -orang beranggapan seperti itu.

Selalu dijadika simbol kekuatan  raja dan pahlawan zaman dahulu

Ketika kita berkunjung kemusium tentang raja-raja maupun para kesatria atau prajurit nusantara maka yang sering kita lihat adalah pedang, tombak, dan keris. Senjata tersebut pastinya disertai dengan embel-embel sakti dan bertuah. Jika ditelusuri dalam jejak sejarah maupun legenda, keterangan mengenai keris banyak yang dapat diketahui.

Sebagai contoh Keris peninggalan pahlawan zaman dulu Seperti contoh pegangan para raja dalam berperang, legenda Ajisaka, Babad Tanah Jawi, bahkan penulisan sejarah modern De Graaf, perang Diponegoro. Bahkan, para pahlawan kemerdekaan juga punya pegangan keris tersendiri, contohnya Jendral Soedirman sampai Suharto.

Rumitnya pembuatan keris yang memakan waktu lama dengan ritual khusus

Pada zaman dahulu, saat teknologi belum secanggih sekarang, keris dibuat dalam jangka waktu yang lama dengan disertai tirakatan atau puasa oleh sang empunya. Yang menempa pun harus tekun dan punya kemampuan khusus. Seorang pembuat keris zaman dahulu mungkin punya ritual-ritual tertentu dalam menempa besi dan menjadikannya senjata. Kita ambil contoh saja Keris Empu Gandring dalam cerita legenda milik Ken Arok.

ini adalah benda yang dianggap punya kekuatan magis karena dibuat oleh Empu Gandring, sang penempa pusaka paling sakti di Indonesia. Empu Gandring yang berpengalaman saja meminta waktu satu tahun untuk menyelesaikannya. Sayang, Ken Arok datang dalam lima bulan dan mengambil paksa keris dan membunuh sang empu gandring. Karena hal itu, Empu Gandring mengeluarkan sumpah yang menjadikan keris itu benda keramat yang mematikan.

Terkandung filosofi dan mahakarya sarat makna

Disamping sebagai senjata bela diri keris juga dalam pembuatannya penuh dengan filosofi dan sarat makna tentang kehidupan, keagungan keris sudah diakui oleh bangsa Melayu terutama bangsa Indonesia. Keris berkembang dari waktu ke waktu, bertahan dan dipercaya oleh masyarakat. Karena pembuatannya yang sulit, maka tak heran jika kemudian ia menjelma menjadi mahakarya yang hidup dan punya filosofi tersendiri.

Bagi masyarakat Jawa, keris itu juga merupakan sebuah lambang yang menuntun manusia hidup di jalan yang benar. Ia membawa pesan moral yang amat mulya, bersatunya senjata dengan cangkang keris bermakna hubungan akrab untuk menciptakan hidup yang harmonis dimana terjadi persatuan antar raja dan abdinya, rakyat dan pemimpin, manusia dan Pencipta.

Kepercayaan yang berkaiatan dengan tradisi

Cerita mitos dan legenda tentang keris adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan orang Indonesia. Tak hanya di Jawa saja, orang-orang Bali juga memandang keris sebagai benda pusaka dan senjata pamungkas di wilayah peperangan. Di wilayah lain, keris mendapat kedudukan yang sama, benda sakti.

Bukan hal yang mengherankan jika keris banyak ditemukan di museum dan tempat penyimpanan benda kuno. Karena kebanyakan orang tidak kuat menyimpannya sebagai barang pribadi. Mereka yakin bahwa ada penunggu yang meninggali sebuah keris Sehingga harus diurus oleh orang yang punya pengetahuan tentang itu.

Nah, dari sejarah perkerisan para pembaca sudah tau bukan mengapa selama ini keris dianggap sebagai benda pusaka yang punya kekuatan magis dan mampu mengangkat derajat manusia. Tugas kita sebagai warga negara yang baik adalah ikut memelihara keberadaan keris sebagai senjata asli nusantara.

Tosan aji atau keris merupakan hasil seni tempa, yang bahan-bahannya harus terdiri dari sedikitnya dua jenis logam, tetapi yang baik dibuat dari tiga jenis logam, yaitu besi, bahan pamor, dan baja. Dengan demikian, sebuah benda yang dibuat dengan cara dicor atau dicetak tidak digolongkan sebagai keris, walaupun bentuknya persis. Selain itu, harus selalu condong ke depan, tunduk. Sebuah benda yang tegak dan lurus seperti be-lati, tidak bisa dianggap sebagai keris.

Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita.



SPN

Tuesday, January 22, 2019

Persiapan Sebelum Puasa



Alhamdulillah beberapa bulan ke depan kita sudah memasuki Bulan Ramadhan, Bulan di mana seluruh umat Islam diwajibkan menunaikan ibadah Puasa dan melakukan amalan lainnya,  kita sebagai umat Islam sudah selayaknya menyambut kedatangan ramadhan dengan berbahagia. Keistimewaan ramadhan dapat dirasakan oleh seluruh umat muslim di dunia terutama karena pada bulan yang suci ini umat muslim menunaikan ibadah puasa.

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang wajib dilaksanakan pada bulan ramadhan dan sebagaimana kita ketahui bahwa pahala ibadah di bulan ramadhan ini akan dilipatgandakan, setelah mengetahui puasa ramadhan dan manfaatnya umat islam pasti berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah dibulan suci Ramadan.

Saat menjelang datangnya bulan ramadhan, umat islam berbondong-bondong mempersiapkan diri mulai dari persiapan materi, makanan, pakaian, fisik dan lainnya namun terkadang kita melupakan bahwa persiapan menyambut ramadhan tidak hanya sekedar fisik dan materi semata melainkan juga persiapan secara batin dan jiwa.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus persiapan untuk puasa bulan ramadhan Demi memaksimalkan hari-hari di bulan Ramadhan yang tentunya mencari berkah dari Allah SWT, secara garis besar ada 2 hal yang harus kita persiapkan. Diantaranya :
 
Persiapan Batin dan Jiwa

Pengetahuan persiapan batin dan jiwa ini dimaksudkan agar selama bulan Ramadhan ini setiap apapun aktifitas kita dapat tercatat sebagai amal shaleh. Kita harus mengetahui apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa maupun mengurangi pahala puasa kita selama di bulan Ramadhan, dan apa saja amalan-amalan yang dapat meningkatkan jumlah paha dibulan ramadhan. Seperti Tadarus Al-Quran, memperbanyak shalat sunnah, memperbanyak infak dan shodaqoh dan amalan-amalan lainnya berikut saya rangkumkan persiapan batiniah untuk bulan ramadhan:

1. Bertobat

Pertobatan adalah salah satu hal yang mesti kita lakukan sebagai umat islam sebelum datangnya bulan puasa. Di hari-hari sebelumnya kita sebagai manusia tentunya tidak luput dari kesalahan dan dosa. Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk bertobat dan meminta mapun pada Allah SWT. Dengan pertobatan hati kita akan lebih siap menyambut ramadhan dan menjadi lebih tenang, namun, bertobat bukan hanya pada lisan saja melainkan harus dibuktikan dengan perbuatan. Jika sebelumnya kita malas untuk shalat, sering melakukan perbuatan maksiyat hendaknya mulai saat ini kita tinggalkan hal-hal tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat AN Nur ayat 31 yang bunyinya

 وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).

Rasullullah SAW sendiri yang sudah dijamin ma’sum atau terjaga dari dosa tetap melakukan taubat apalagi kita yang hanya umatnya yang sering berbuat dosa sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Muslim :
“Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat (kepada Allah) dalam sehari seratus kali” (HR. Muslim)

2. Memantapkan niat

Tidak akan sempurna ibadah seseorang tanpa niat yang ikhlas dan tulus. Sebelum datangnya bulan ramadhan niatkan hati kita untuk menjalankan segala amal ibadah khususnya dibulan ramadhan hanya untuk mencari ridho semata dan tanpa niatan yang lain misalnya niat ingin pamer, sok alim dan sebagainya. Buanglah jauh-jauh pikiran semacam itu dan yakinkah hati kita bahwa ramadhan adalah bulan dimana kita bisa memperbaiki segala amal ibadah kita.

3. Berdoa

Berdoa adalah salah satu kewajiban kita terhadap Allah SWT dan menjelang ramadhan kita hendaknya senantiasa berdoa dan memohon ampun kepada Allah SWT. Doa adalah sarana komunikasi kita kepada Allah SWT dan pada bulan ramadhan doa kita akan senantiasa dikabulkan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.

4. Memperbanyak ibadah sunnah

Sebelum memasuki bulan ramadhan tidak ada salahnya kita mempersiapkan diri dan melatih diri untuk melaksanakan ibadah sunnah sepertiSholat sunah misalny Shilat Tahajud dan ibadah sunnah lainnya. Ibadah sunnah ini bisa dilakukan dan lebih baik daripada hanya menghabiskan waktu untuk menonton TV atau melakukan hal lain yang tidak penting.

5. Berpuasa di bulan Syaban

Sebelum berpuasa dibulan ramadhan kita sebaiknya melatih kebiasaan berpuasa dengan menjalankan puasa sunnah di bulan syaban sebagaimana hadist Rasullullah SAW yang bunyinya

لا يَصُومُ ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلا رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Dari ‘Aisyah radhiallahu ’anha: “Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia tidak pernah berbuka. Dan (lain waktu) beliau tidak berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia pernah berpuasa. Dan aku tidak melihat Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadan dan aku tidak melihat Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam memperbanyak berpuasa selain di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari Muslim)
“Saya bertanya, Wahai Rasulullah saya tidak pernah melihat anda berpuasa di antara bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?” (Beliau) bersabda: “Itu adalah bulan yang sering diabaikan orang, antara Rajab dan Ramadan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amal (seorang hamba) kepada Tuhan seluruh alam. Dan aku senang saat amalanku diangkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Nasa’i).

6. Memperbanyak membaca Alqur’an

Membaca Alqur’an tidak hanya memiliki banyak manfaat tetapi juga bisa membuat hati dan pikiran kita tenang sehingga kita bisa menyambut datangnya bulan ramadhan hati dan pikiran yang lebih baik. Selain itu diriwayatkan bahwa bulan-bulan sebelum ramadhan yakni bulan rajab dan bulan sya’ban adalah bulan menanam dan menyiram sementara bulan ramadhan adalah bulan memanen. Sehingga kita disarankan untuk memperbanyak amalan dikedua bulan tersebut.

Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadan adalah bulan memanen tanamanPerumpamaan bulan Rajab bagaikan angin, sedangkan perumpamaan Sya’ban bagaikan mendung dan perumpamaan Ramadan bagaikan hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiram pada bulan Sya’ban, bagaimana dia akan memanen di bulan Ramadan.”

7. Memperbanyak ilmu agama

Menjelang bulan ramadhan luangkan waktu kita sejenak untuk menimba ilmu agama. Hal ini akan membantu kita untuk lebih memahami ibadah dan keutamaan bulan ramadhan dengan baik. Belajar agama bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dan bisa bersumber dari buku tentang islam maupun mendatangi kajian-kajian islam yang sering diadakan dalam masjid. Hal ini sebagaimana perintah Allah pada Surat Al Anbiya ayat 21 yang bunyinya
مَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.” (QS Al Anbiya : 21)

8. Menyelesaikan qadha puasa sebelumnya

Sebelum memasuki bulan ramadhan kita hendaknya menyelesaikan semua hutang puasa dari ramadhan sebelumnya. Puasa yang ditinggalkan pada bulan ramadhan wajib diganti terkecuali bagi orang yang sudah lanjut usia boleh membayarkan fidyah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist berikut :
Dari Abu Salamah, dia berkata, saya mendengar ‘Aisyah radhiallahu ’anha berkata: “Aku memiliki kewajiban berpuasa dari bulan Ramadan lalu, dan aku baru dapat mengqadanya pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari Muslim).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Dari keseriusan beliau (mengqadha) pada bulan Sya’ban disimpulkan bahwa hal itu menunjukkan tidak diperkenankan mengakhirkan qadha sampai memasuki bulan Ramadan berikutnya.” (Fathul Bari, 4/19)

9. Merasa Gembira

Sebagai umat islam selayaknya kita menyambut ramadhan dengan perasaan gembira dan bahagia karena bulan ramadhan memiliki banyak keutamaan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 58 yang bunyinya
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).

10. Mensucikan diri

Sebelum ramadhan tiba hendaknya kita menyucikan hati, pikiran, perbutana dan jika perlu lingkungan kita karena bulan ramadhan sangat istimewa dan kita menyambut datangnya bulan tersebut seperti kita menyambut tamu penting.

11. Perbanyak berzikir

Keutamaan Zikir kepada Allah SWT perlu diketahui agar kita dapat senantiasa berzikir kepada Allah dan memohon ampun serta rahmat darinya. Menjelang bulan ramadhan perbanyaklah zikir kepada Allah SWt agar hati dan pikiran kita terjaga dari segala kotoran.

Demikianlah persiapan yang bisa kita lakukan sebelum datangnya bulan ramadhan. Puasa ramadhan tentunya berbeda dalam hal hukum pelaksanaan dibandingkan dengan puasa sunnah yang lain  seperti puasa senin kamis , puasa rajab, puasa arafah  maupun puasa daud Perbanyaklah khazanah tentang keutamaan puasa dan pelajari tips-tips yang bisa memperlancar puasa kita dibulan ramadhan.

Sedangkan untuk persiapan fisik dapat kita lakukan dengan melakukan beberapa hal:

Persiapkan Fisik yang Sehat

Dalam setiap harinya kita tentu dihadapkan dengan rutinitas, ini tentu tidak akan berbeda pada saat memasuki bulan Ramadhan, selain rutinitas sehari-hari, kita juga harus bisa memaksimalkan waktu yang ada untuk menjalankan ibadah. Oleh sebab itu, fisik dan stamina yang kuat sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Ada baiknya mulai sekarang kita sudah mempersiapkan fisik agar selalu sehat minimal 1 bulan selama Ramadhan nanti. Caranya kita dapat lakukan dengan istirahat yang cukup, jaga asupan makanan (jangan berlebih atau kurang), dan siapkan supplement atau vitamin untuk menambah ketahanan fisik. Berikut dibawah ini penulis tuliskan beberapa cara untuk persiapan fisik menjelang puasa Ramadhan

1. Mengatur Pola Tidur

Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah mengatur kembali pola tidur.
Buat kamu yang sering begadang karena membawa pekerjaan pulang ke rumah atau sekadar nonton drama Korea, mendingan segera kurangi kebiasaan itu.
Kamu harus membiasakan diri tidur lebih cepat agar bisa bangun pagi saat sahur di bulan puasa nanti, Kalau sempat, biasakan juga tidur siang selama 30 menit agar tubuh tetap segar.

2. Perbanyak buah dan sayur

Salah satu kunci hidup sehat adalah dengan banyak makan sayur dan buah yang mengandung serat.
Semakin banyak mengonsumsi serat, maka metabolisme dalam tubuh juga akan lanacar.
Apalagi saat puasa tubuh kita sangat butuh banyak serat agar tidak mengalami sembelit.

3. Buat jadwal olahraga

Menjelang puasa, tak ada salahnya kamu mulai biasakan olahraga.
Kalau di bulan biasa kamu terbiasa olahraga jogging keliling kompleks perumahan, ada baiknya kamu mulai cari olahraga lain yang bisa dilakukan di dalam ruangan.
Selain itu, ubah pula jadwal olahraga yang biasanya kamu kerjakan pagi atau sore hari.

Kamu bisa mengubahnya menjadi pagi setelah subuh atau malam hari setelah shalat tarawih.

4. Stop ngemil

Ngemil adalah kebiasaan yang paling disukai oleh kebanyakan perempuan.
Tapi, menjelang bulan puasa stop dulu kebiasaan ngemil di luar jam makan.
Jangan manjakan lidah dan perut menjelang bulan ramadhan, supaya nanti saat menjalani puasa kita tidak kaget dan terbayang cemilan lezat di jam-jam tertentu.

5. Minum vitamin

Jangan lupa siapkan banyak persediaan vitamin.
Apalagi kita akan menjalani puasa saat musim pancaroba.
Selama puasa tubuh sangat membutuhkan asupan vitamin C agar daya tahan tak menurun.

Boleh juga konsumsi vitamin D dan E untuk kesehatan tulang dan kulit agar puasa tetap lancar dan tubuh tetap fit.

Semoga puasa ramadhan kita berjalan lancar tidak ada keraguan dan medapatkan pahala yang kita inginkan dan mudah-mudahan Ramadhan di tahun ini amalan shaleh kita lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, dan selepas Ramadhan tahun ini akhlak kita lebih baik di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Demikian seklumit tulisan ini penulis buat apabila ada salah kata penulis mohon maaf, saran dan kritik yang membangun penulis tunggu.



Wallahu A’lam


SPN