Karena kemampuan ilmunya yang tinggi didalam semedinya Ki Hajar tak terasa meneteskan air mata mengatahui bahwa anak kesayangannya melahirkan ular naga “Duh Hyang dewa haruskah aku meneruskan semedi ini untuk meminta welas asihmu agar cucuku bisa berubah menjadi manusia normal” kata Ki Hajar dalam hati.
Ni Endhang Ariwulan pun memberi nama anaknya dengan nama Naga Geni, Ni Endang pun merawat Naga Geni dengan penuh kasih sayang selayaknya ibu dengan anaknya, hari-hari Ni Endang di habiskan waktunya untuk merawat naga geni hingga beranjak remaja.
Disisi lain semenjak kepergian Ki Hajar banyak orang jahat yang ingin merampok penduduk desa karena melihat kemakmurannya, tiba-tiba dimalam yang sunyi terdengar bunyi kentongan bersahutan dari batas desa yang menandakan bahwa ada perampok yang masuk desa, Pragola pun terbangun seketika itu ia mengambil pedangnya sambil berlari ia keluar dari padhepokan “para murid padhepokan bersiaplah kita akan menghadapi perampok Kelabang Ijo yang terkenal ganas” maka secara serentak para murid padepokan mengatur barisan,
Pragola pun membawa murid padhepokan menuju batas desa, tampak para penduduk sedang melawan para perampok adapun para perempuan dan anak-anak berlarian menyelamatkan diri “serbu!!!” pekik Pragola, maka semakin sengitlah lah pertempuran malam itu para penduduk desa dibantu murid padhepokan berjuang melawan perampok yang terkenal kejam dan bengis, “ tang..ting..tang..ting…”bunyi logam pun saling beradu, terdengar saling bersahutan ditambah suara mengerang kesakitan menjadikan malam itu malam yang sangat mencekam.
Namun karena banyak penduduk desa yang tidak pandai beladiri di bandingkan para perampok maka banyaklah korban berjatuhan dari penduduk desa, sehingga para murid padepokan semakin terjepit karena kalah jumlah “Habisi para penduduk desa dan murid-murid Ki Hajar sebentar lagi kita akan kuasai desa ini hahahhahah” terdengar keras suara pimpinan Kelabang Ijo memberi perintah melihat anak buahnya ketika merasa mulai memenangkan pertarungan malam itu.
Di tengah-tengah keputusasan para penduduk desa karena kekalahan telah didepan mata, tanpa disangka-sangka dari arah timur terlihat seekor ular naga terbang menuju medan pertempuran meliuk-liukan tubuhnya menyerang para perampok dengan cakarnya yang tajam dan membakar para perampok dengan semburan api dari mulutnya, akhirnya para perampok pun kalah dan lari tunggang langgang menyelamatkan diri “Berhenti” teriak Pragola supaya tidak mengejar perampok yang melarikan diri “Horeeee” teriak penduduk desa merasa gembira karena telah mengalahkan perampok.
Para penduduk takjub dengan seekor naga terbang yang telah menolongnya, “wahai penduduk desa ketahuilah Naga Geni ini adalah anak dari Ni Endang putri kesayangan dari Ki Hajar “ teriak Pragola dengan suara lantang untuk menenangkan penduduk desa yang sedang kebingungan “ohhh” serempak penduduk desa mengetahuinya, para penduduk desa pun bersimpuh dihadapan Naga Geni sebagai wujud terimakasih.
“Janganlah kau bersimpuh dihadapanku karena aku ga pantas untuk disembah” Ujar naga Geni, para penduduk desa pun bersuka ria karena kini ada pelindung di desanya.
Hari demi hari kegundahan sang naga geni semakin tak terbendung muncul keinginan dirinya untuk bisa maujud menjadi manusia seutuhnya “Duh ibu, bisakah saya menjadi manusia seutuhnya” kata Naga Geni pada suatu hari pada ibunya Ni Endhang,
“Angger Naga Geni anakku, ibu sungguh tahu perasaan hatimu oleh sebab itu temuilah eyangmu Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa untuk menolongmu di sebelah barat gunung Telamaya” kata Ni Endhang“.
Baiklah Bunda saya akan mempersiapakan diri untuk menemui eyang” singkat cerita ketika hendak menemui eyang, Ni endhang berpesan kepada Naga Geni “Anakku Naga Geni bawalah klintingan ini ketika engkau hendak menemui eyangmu sebagai pertanda bahwa engkau memang anakku”, “baiklah ibu” kata Naga Geni, maka berangkatlah ia menuju gunung Telamaya.
Sudah beberapa hari dilalui namun pertapaan Ki
Hajar Salokantara seolah tertutup kabut tebal sehingga sulit ditemukan, nun
jauh di sana Ni Endhang Ariwulan selalu memanjatkan doa-doa untuk keselamatan
anaknya, akhirnya ketemulah gua pertapaan Ki Hajar. Masuklah Naga Geni kedalam
gua tersebut.
didapatinya seorang resi yang sedang bertapa
didalam gua “Eyang Hajar tolonglah berhenti bertapa cucunda Naga Geni sedang
menghadap eyang” kata Naga Geni “Siapakah engkau wahai ular naga, apakah
engakau seperti naga-naga yang lain yang selalu datang untuk menggoda semediku”
kata Ki Hajar “Bukan eyang aku adalah cucumu, anak dari Ni Endhang Ariwulan,
klintingan dari eyang ini sebagi buktinya” kata Naga Geni sambil menunjukan klintingan
emas peninggalan Ki Hajar sebagai buktinya.
dilihatnya klintingan itu dengan cermat oleh ki
hajar “memang benar ini adalah klintingan yang aku titipkan dulu pada putriku
Ni Endhang” kata Ki Hajar “ tapi aku perlu satu bukti lagi untuk meyakinkanku”
lanjut ki hajar “ apa itu eyang” kata Naga Geni “ kamu harus bisa memutari
gunung Telamaya ini dengan tubuhmu sebagai bukti kau pewaris kesaktian keluarga
kita” kata Ki Hajar “baiklah eyang” kata Naga Geni, maka Naga Geni dan Ki Hajar
pun keluar dari gua.
Naga Geni pun mulai melingkari Gunung Telomoyo
dengan tubuhnya namun ternyata hanya kurang sedikit untuk bisa mengaitkan
tubuhnya dijulurkannya lidah Naga Geni untuk bisa menyatukan tubuhnya, namun Ki
hajar dengan sigap langsung memotong lidah Naga Geni karena meilhat kilatan
dalam lidah tersebut,
Naga Geni pun kaget “ Naga Geni ketahuilah lidah
ini merupakan senjata pusaka ku yang dulu masuk kedalam tubuh ibumu” kata Ki
Hajar sambil memegang lidah Naga Geni yang telah berubah menjadi senjata pusaka
yang kelak menjadi pusaka legendaries tanah jawa bernama Pusaka Tombak Baru
Klinting. Legenda Lahirnya Baru Klinting
”Angger Naga Geni sekarang saya percaya kamu adalah
cucuku, namun...” kata Ki Hajar berhenti “Namun apa eyang “ kata Naga Geni
sambil matanya berbinar karena Ki Hajar telah percaya bahwa dia adalah cucunya
“untuk mengembalikan engkau menjadi wujud manusia seutuhnya kamu diwajibkan
untuk bertapa di gunung ini dimulai pada malam purnama sidi” sambung Ki Hajar
lagi “baiklah eyang kalau itu jalan yang harus aku tempuh saya bersedia” sahut
Naga Geni.
Selang beberapa malam telah tibalah malam purnama
sidi bulan terlihat bulat penuh, Ki Hajar pun mensucikan badan Naga Geni untuk
memulai ritual bertapa “Angger cucuku naga geni malam ini mulailah bertapa
memohon kepada para dewa sampai para dewa mengabulkan ke inginanmu untuk maujud
menjdi manusia dan kelak orang-orang akan memanggilmu baru klinting” kata Ki
Hajar, maka keluarlah Naga Geni untuk bertapa dengan melingkarkan tubuhnya
mengelilingi gunung Telamoyo sampai maujud menjadi manusia seutuhnya.
PenuliS : SPN