Menu

Monday, December 10, 2018

Pantangan Minum Obat


Sudah seharusnya ketika kita sakit harus minum obat sesuai resep Dokter. Namun saat kita minum obat sebaiknya patuhi aturan dosis dan waktu pemakaian obat tersebut agar obat bekerja maksimal dalam mengatasi penyakit yang sedang diderita. Mungkin ada baiknya kita menanyakan pada Dokter tentang pantangan makanan dan minuman apa saja yang harus dihindari agar penyakit yang kita derita tidak menjadi semakin parah. Terlebih saat kita sedang meminum obat yang telah diresepkan tersebut, agar obat bisa bereaksi sesuai harapan.

Obat-obatan memiliki beragam bahan dasar dan efek samping yang bisa berubah, tergantung dari zat yang dikonsumsi berikutnya. Jadi ada baiknya Anda mengetahui zat-zat yang bisa memicu efek samping dari zat yang terkandung dalam obat yang Anda minum.

Ketika minum obat ternyata ada beberapa minuman yang dilarang untuk di minum dan jika di minum bersamaan dengan obat maka akan menimbulkan efek samping yang sangat berbahaya bagi kesehatan kamu nah kamu ingin tahu minuman apa aja yang dilarang untuk di minum ketika kamu minum obat simak 5 Minuman Yang dilarang Ketika Minum Obat berikut ini.



1. Minuman Berkafein

Memang ada beberapa obat yang mengandung kafein sebagai salah satu komposisinya, namun pada beberapa obat lainnya, kafein ini justru tidak dianjurkan, terutama pada jenis Stimulan. Hal ini karena Kafein dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius apabila diminum dengan Stimulan seperti Efedrin (penekan nafsu makan), obat Asma dan Amfetamin.

Efeknya bisa berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat, Palpitasi, Tremor, berkeringat atau halusinasi, sampai meningkatnya efek samping obat tersebut. Sebagai contoh saat seseorang minum Kopi bersamaan dengan minum obat Antibiotik tertentu misal Enoxacin, Ciprofloxacin, Norfloksasin, maka risiko over dosis bisa meningkat.

Namun jangan salah, zat kafein ini tidak hanya terdapat pada Kopi saja, melainkan juga banyak terkandung pada Teh (khususnya Teh Hijau), Coklat, Softdrinks (minuman bersoda), hingga minuman berenergi penambah stamina.

Sekedar tambahan informasi, Teh Hijau selain mengandung Kafein, juga mengandung vitamin K, yang juga harus dihindari apabila Anda minum obat. Vitamin K pada Teh Hijau dapat mengurangi efektivitas dari obat-obatan seperti Kumarin atau Warfarin yang mencegah pembekuan darah.
Sedangkan pada Coklat, selain mengandung Kafein juga memiliki stimulan yang disebut 
Theobromine. Kombinasi beragam stimulan bisa mengarah pada perilaku yang tidak menentu. 

Karena itu, waspadai apabila setelah menelan Ritalin, Anda menjadi lebih cemas, lebih cepat marah, atau lebih menggebu-gebu. Dan biasanya, semakin hitam cokelat, semakin tinggi juga kadar Kafein dan Theobromine-nya, sehingga anda perlu lebih berhati-hati.

Untuk itu agar lebih aman, hindarilah minuman berkafein sebutkan diatas setidaknya 2-3 jam sebelum maupun setelah minum obat.

Kafein dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius jika diminum dengan stimulan. Hindari meminum secangkir kopi saat sedang mengonsumsi efedrin (penekan nafsu makan), obat asma dan amfetamin. Beri jarak 2-3 jam setelah minum obat, baru minum kopi. Minuman isotonik Kalium dalam minuman ini dapat berbahaya bila digabungkan dengan obat untuk penyakit gagal jantung atau obat-obatan hipertensi. Hindari pisang juga, karena pisang juga sangat kaya akan kalium.

Banyak orang mengetahui jika kafein biasa terdapat dalam kopi atau minuman berenergi. Padahal tidak hanya disitu, zat kafein juga banyak ditemukan dalam kandungan teh, khususnya teh hijau. Makanya agar tidak salah , hindarilah minum kopi atau teh ketika meminum obat. Menurut pakar kesihatan, kafein berbahaya jika diminum dengan obat yang mengandung stimulah. Biasakan untuk tidak meminum minuman berkafein saat memakn pil penekan nafsu makan atau diet, obat asma atau amfetamin. Jika Anda seorang penggila kafein, tunggu 2 hingga 3 jam setelah meminum obat.

Interaksi obat dengan makanan tertentu yang Anda makan dapat mempengaruhi fungsi obat yang Anda minum sehingga obat tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat sampai efek samping.

Jenis makanan atau minuman tertentu juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat.

Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil bersamaan dengan makanan.

Sebagai contoh, kafein –seperti yang terkandung di kopi—dapat meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).
Maka, untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah, menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.




2. Semua Jenis Susu

Jangan minum obat dengan susu’ kata-kata itu seringkali didengar atau diucapkan oleh masyarakat ketika ingin mengonsumsi obat oral. Kenapa susu tidak boleh dicampur dengan obat? Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.

Hampir semua orang suka minum susu, tapi walau diklaim menyehatkan. Jangan pernah coba-coba meminum obat menggunakan air susu. Kandungan zat di dalam susu akan mengurangi daya serap antibiotik dalam tubuh sekaligus menghambat penyerapan beberapa komponen tertentu dalam obat. Tidak hanya itu, kandungan kalsium pada susu juga dapat mengganggu efektif obat. Jadi saat mengkonsumsi obat, biasakanlah untuk menghindari konsumsi susu, setidaknya hingga 4 jam kedepan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.

Beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.

Selain itu ada obat yang baik dikonsumsi setelah makan ataupun sesudah makan, hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tersebut bisa mempengaruhi penyerapan obat. Karenanya menjadi hal yang sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada botol atau bungkus obat, serta masyarakat sebaiknya selalu menanyakan kriteria obat yang dikonsumsinya pada apoteker.



3. Jus Pomegranate (Delima), Jus Grapefruit dan Segala Jenis Jus Lainnya

Saat sedang sakit, buah dan obat menjadi salah satu asupan yang ampuh untuk mengembalikan kondisi tubuh. Ya, vitamin pada buah-buahan membuat tubuh lebih fit. Terutama obat, dapat segera menyembuhkan penyakit. Namun sering kali orang yang sedang sakit minum obat bersamaan waktu dengan minum jus. Padahal, minum obat bersamaan dengan jus dapat menghilangkan efek khasiat obat yang diminum.

Kesimpulan ini didapat berdasarkan penelitian dari Universitas Western Ontario, Kanada oleh Prof. David Bailey. Hasil penelitian ini membuktikan bawa jus dapat mengganggu ketahanan tubuh dalam menyerap sari obat. Penelitian ini dilakukan pada sejumlah orang yang diminta meminum obat dengan air putih dan jus buah.

Setelah diteliti, ternyata orang yang meminum obat dengan air putih mampu menyerap kandungan obat dengan penuh. Kemudian, orang yang meminum obat dengan jus hanya mampu menyerap sebagian kandungan obat. Menurutnya, jus buah yang dapat mengurangi serapan obat adalah jus jeruk, jus apel, dan jus anggur. Sedangkan obat yang kurang terserap akibat jus tersebut adalah obat antikanker, darah tinggi, jantung, dan obat-obat antibiotik lainnya.

Agar obat menyerap penuh kedalam tubuh, hindarilah mengkonsumsi jus di waktu yang sama. Sayang kan, jika kita meminum obat namun kurang berkhasiat. Akan lebih baik jika diseling waktu antara minum jus dan minum obat. Bagaimana pendapat Anda?

Alasan tidak boleh meminum obat dengan Jus pomegranate (Delima)
Menurut pakar jus delima tidak boleh digunakan untuk meminum obat. Zat yang terdapat dalam jus tersebut dapat memperlambat kecepatan hati untuk memecah pengencer darah dan menyebabkan berkurangnya efeks obat. Tidak hanya itu, para pakar juga menemukan bahwa enzim di dalam jus delima dapat memecah resep obat.

Alasan tidak boleh meminum obat dengan Jus Grapefruit
Grapefruit bukanlah anggur. Namun, buah ini juga tidak dapat disamakan dengan jeruk Bali. Sejatinya jus grapefruit punya karakteristik dan manfaat hebat untuk tubuh. Tapi akan menjadi hal berbeza jika Anda mengonsumsinya untuk minum obat. University of Western Ontario menemukan bahawa meminum jus grapefruit dapat mengganggu kinerja lebih dari 50 obat. Jus ini boleh meningkatkan penyerapan obat-obatan tertentu serta dapat mengubah dosis obat yang diminum dari dosi normal menjadi dosis berlebihan. Maka dari itu, hindarilah minuman ini jika Anda tidak ingin mengalami over dosis.





4. Minuman Isotonik

Sekarang banyak beredar minuman isotonik dengan berbagai merk yang mengandung ion atau elektrolit yang dipercaya dapat mengganti cairan dalam tubuh yang hilang dengan cepat. Sehingga apabila Anda merasa haus dan lelah setelah beraktivitas atau berolahraga, dengan minum minuman isotonik maka stamina akan segera pulih kembali.

Memang minuman isotonik berbeda dengan softdrinks yang pada umunya berkarbonasi (bergas / bersoda), sehingga ada orang yang menganggap boleh atau tidak apa-apa ketika minum obat dengan minuman isotonik tersebut.

Namun jangan salah. Walaupun minuman isotonik tidak bergas (bersoda), tetapi minuman isotonik kaya akan kalium. Sehingga perlu dihindari bagi Anda yang mengkonsumsi ACE inhibitor (obat untuk Hipertensi dan gagal jantung) karena reaksi kalium dengan obat ini dapat memperburuk kondisi jantung.

Selain itu minuman ini juga terasa sedikit asam, dan sebaiknya minuman atau makanan yang memiliki rasa asam sebaiknya dihindari saat minum obat karena dapat menyebabkan iritasi pada lambung.

Kalium juga terdapat pada buah Pisang, Alpukat, Kurma, Kentang, Kacang-kacangan, Bayam.
Saat kita merasa lelah dan haus selesai beraktivitas, tentunya kita ingin meneguk minuman yang segar dan rnampu mengembalikan stamina tubuh dengan cepat. Maka minuman isotonic, pun menjadi salah satu pilihan. Disamping rasanya yang bervariasi, minuman isotonic juga mengandung ion, yang dipercaya dapat cepat menggantikan cairan tubuh yang hilang. Saat ini, banyak minuman isotonik di pasaran bebas dengan berbagai merek dan dapat dibeli dengan harga yang cukup terjangkau.

Hindari minum obat untuk gagal jantung dan obat-obatan hipertensi dengan minuman isotonik karena minuman ini mengandung kalium. Selain itu, kalium yang tinggi juga terdapat pada buah pisang. Kalium berguna bagi penderita hipertensi, tetapi apabila asupan kalium malah berlebihan boleh membahayakan si penderita.



5. Minuman Bersoda

Orang tua saya pernah bilang katanya kalau ingin atau setelah minum obat tidak boleh minum minuman bersoda, misalnya pepsi, coca cola, dll . karena berbahaya dan bisa menyebabkan keracunan, kematian, dll.

Soda memang bukan minuman yang baik untuk kesehatan karena bisa menyebabkan kegemukan, osteoporosis bahkan mengurangi jumlah sperma. Tapi benarkah minum obat dengan soda dapat menyebabkan kematian mendadak?

“saya kira harusnya minum obat pakai soda bukan penyebab kematian mendadak. Harus dicari dulu cod (cause of death), dipelajari orang tersebut pernah sakit apa,” jelas dr. Tunggul d situmorang, sppd,kgh, ahli ginjal dan direktur rs pgi cikini.
Menurut dr. Tunggul, meminum obat dengan menggunakan soda bukanlah suatu penyebab terjadinya kematian mendadak, karena hal-hal yang bisa memicu kematian mendadak antara lain: Serangan jantung, stroke,emboli (pembentukan gelembung udara atau masuknya benda asing di aliran darah yang menyebabkan aliran darah tersumbat) gagal napas “memang ada reaksinya, tapi nggak ada ceritanya seperti itu (minum obat dengan soda) bikin mati,” tegas dr tunggul yang juga menjabat sebagai direktur mrccc siloam hospital semanggi.

Tapi meski tidak menyebabkan kematian mendadak, minum obat memang tidak dianjurkan dengan menggunakan soda atau minuman lain seperti susu, kopi, teh dan jus. Dokter biasanya akan menganjurkan pasien untuk minum obat dengan air putih karena air putih bebas dari kandungan bahan kimia sehingga tidak menimbulkan kontraksi.

Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.

Minum obat sebaiknya juga tidak menggunakan susu, karena beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.
Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi penyerapannya.

Untuk itu masyarakat selalu disarankan mengonsumsi obat dengan menggunakan air putih yang diketahui tidak memiliki kandungan apapun, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan obat. Selain itu air putih bisa membantu melarutkan obat yang dikonsumsi di dalam lambung sehingga proses penyerapannya menjadi lebih baik dan lebih mudah.

Selain itu, sebaiknya orang juga mengurangi atau sama sekali tidak minum soda. Tak ada manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari soft drink atau minuman bersoda. Yang anda dapatkan hanyalah banyak kalori yang tidak berguna. Minuman bersoda juga membawa dampak buruk bagi kesehatan.




5. Minuman Beralkohol

Hindari Alkohol saat Anda minum obat, mungkin itu anjuran yang sering Anda dengar ketika Anda akan meminum obat-obatan tertentu. Alkohol banyak terkandung pada minuman keras seperti bir, Anggur (wine), wiski, vodka, sampanye dan berbagai jenis minuman fermentasi lainnya. Alkohol juga bisa ditemukan pada makanan hasil fermentasi seperti Tape Singkong atau Tape Ketan yang juga dikenal memililki kandungan Alkohol didalamnya, begitu pula dengan buah Durian atau fermentasi dari buah Durian seperti tempoyak yang juga memiliki kandungan Alkohol.

Alkohol dapat menimbulkan efek samping Ganggguan Mental Organik (GMO), apabila dikonsumsi secara berlebihan, diantaranya gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO ini disebabkan reaksi langsung Alkohol pada sel-sel saraf pusat. Alkohol juga akan mempengaruhi organ penting lainnya dalam tubuh, yaitu salah satunya adalah Hati. Selain itu sifat adiktif pada Alkohol, biasanya akan membuat orang yang mengkomsumsinya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran atau dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk. Dan juga dapat menyebabkan kecanduan.

Dengan reaksi yang ditimbulkan Alkohol tersebut, bukan tidak mungkin Alkohol juga dapat bereaksi keras apalagi diikuti penggunaan obat-obatan tertentu. Untuk itu hindari mengkonsumsi Alkohol saat Anda mengkonsumsi berbagai obat, termasuk obat pengencer darah seperti Warfarin, Antibiotik, Antidepresan, obat diabetes, Antipsikotik seperti Thorazine dan obat Antikejang.

Dampak yang dihasilkan memang berbeda-beda tergantung pada obat yang dikonsumsi, Namun gejala yang mungkin timbul adalah sakit kepala, Hipertensi, detak jantung berdetak cepat, over dosis hingga ancaman stroke.

Satu gelas minuman beralkohol semisal Wine yang dikonsumsi bersamaan dengan meminum obat diklaim dapat menyebakan hipertensi, jantung berdetak cepat, sakit kepala hingga serangan stroke. Nah, jika Anda masih sayang dengan nyawa Anda, jangan pernah sekalipun mencampurkan minuman ini dengan konsumsi obat.

Meski tidak semua jenis minuman berbahaya jika diminum bersamaan dengan obat, namun minuman yang paling baik dan dianjurkan adalah air mineral. Lagipula Anda tentu tidak ingin obat yang dibeli mahal itu tidak berguna bukan?




Makanan yang mengandung vitamin K (Sayuran berwarna hijau gelap)

Vitamin K banyak terkandung dalam sayuran berwarna hijau gelap (Bayam, Swiss Chard), Buncis, Kembang Kol, Brokoli, Kubis, Peterseli , Ketumbar, Kedelai, Kacang Polong, Keju Cheddar, dan Teh Hijau.

Vitamin K dikenal dapat mengganggu tindakan obat pengencer darah (Warfarin). Obat pengencer darah mencegah penggumpalan dan vitamin K meningkatkan pembekuan darah, yang bertolak belakang dari efek obat tersebut.

Sehingga apabila Anda mengkonsumsi makanan dengan vitamin K saat minum obat Anticoagulant atau pengencer darah ini, maka semua akan menjadi sia-sia.
Selain beberapa sayuran yang telah Luvizhea.com sebutkan diatas, sebaiknya Anda juga menghindari Kol atau Kubis. Hal ini karena Kol atau Kubis selain mengandung vitamin K (30 mg/porsi) juga tinggi Asam Glucuronik yang dapat menyebabkan obat jenis Acetaminophen akan cepat dikeluarkan dari dalam tubuh, atau dengan kata lain zat ini dapat menonaktifkan efek dari obat tersebut.




Makanan tinggi serat (Biji-bijian dan Kacang-kacangan)

Serat merupakan komponen penting dalam makanan sehari-hari dan bermanfaat bagi kesehatan. Efek serat bagi kesehatan antara lain membantu menurunkan kadar gula darah dan kadar kolesterol darah. Sehingga dapat membantu menurunkan risiko penyakit Jantung Koroner, Sindroma Metabolik, dan Obesitas. Serat juga dapat membuat Anda kenyang lebih lama dan mencegah makan terlalu banyak. Makanan dengan kandungan serat yang tinggi tinggal di lambung lebih lama dan menyerap air lebih banyak sehingga membuat Anda selalu merasa kenyang.

Namun makanan tersebut bukan pilihan terbaik ketika Anda sedang mengkonsumsi seperti obat Antibiotik, Digoxim (obat untuk mengatur detak jantung yang tidak teratur), Metformin (obat Diabetes), Statin (obat penurun kolesterol dalam darah) karena juga dapat memperlambat tingkat penyerapan obat.

Makanan tinggi serat contohnya adalah biji-bijian (Gandum, jagung, beras merah) dan kacang-
kacangan (Almond, Edamame, Kacang Hitam).




Makanan yang mengandung Tyramine (Keju, Daging olahan)

Apabila Anda minum obat Antidepresan golongan Monoamin Oksidase Moclobemide, atau obat flu yang mengandung Pseudoephedrine bersamaan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung Tyramine, maka dapat berakibat meningkatnya tekanan darah yang berbahaya terutama bagi penderita Hipertensi.

Zat tyramine ini bisa ditemukan secara alami dalam makanan. Tyramine adalah zat yang diproduksi oleh protein ketika makanan mulai dibiarkan lama. Semakin lama umur makanan, maka semakin banyak juga Tyramine yang diproduksi. Beberapa makanan yang mengandung Tyramine adalah Keju seperti yang telah Luvizhea.com jelaskan pada poin pertama tadi (susu dan produk olahanya).

Selain itu, beberapa daging olahan juga banyak mengandung Tyramine, seperti Hot Dog, Sosis, Bacon, Ham, dan lainnya. Bukan hanya daging olahan itu saja, daging panggang atau sate juga harus dihindari teruma bagi Anda yang menderita penyakit Asma. Karena kandungan karbon pada daging panggang bisa membentuk senyawa yang mencegah obat Asma dengan Teofilinn bekerja secara optimal. Selain itu karbon ini juga bisa memicu serangan Asma meskipun sudah mengkonsumsi obat.
Beberapa makananan dengan kandungan Tyramine lainnya adalah Produk Kedelai (Tahu, Tempe) dan Buah-buahan (Buah kering, Acar, Pisang, Alpukat). Sekedar tambahan informasi, pada buah-buahan kadar Tyramine akan semakin tinggi ketika buah terlambat dipanen.


SPN



No comments:

Post a Comment